Quantcast
Channel: all
Viewing all articles
Browse latest Browse all 30344

PDIP: Menteri ESDM itu Akuntan. Ketua SKK Migas juga Akuntan. Keduanya Tidak mengerti Masalah Blok Masela

$
0
0

KONFRONTASI-Mengenai Masela Gas field, kebetulan saya pernah menjadi penasehat Samsung Heavy Industry dan kemudian juga Sk Holding (Korea).  Ladang MASELA berada diperairan laut dalam selatan Maluku yang memang terletak agak jauh dari pulau terdekat.

Keputusan pembangunan ladang gas tersebut dengan teknologi FLNG (Floating LNG processing) merupakan keputusan yang diambil oleh investor yaitu INPEX dengan pertimbangan :
1). Keamanan di darat
2). Dampak pembangunan FLNG terhadap perusahaan konsorsium Jepang yang menginginkan supply sebanyak mungkin komponen dan sub komponen Assy dari Jepang termasuk bangunan baja dan barge.
#). Pembangunan FLNG di tengah laut akan menguntungkan investor INPEX untuk mengamankan sumber pendanaan dar lembaga keuangan Jepang yang mengharuskan produk lokal Jepang digunakan sebanyak mungkin.
Pembangunan LNG Plant di darat akan menguntungkan RI karena pemanfaatan gas nya bisa menimbulkan indutri lanjutan di darat.
Demikian info sementara, apa boleh buat karena menteri ESDM Sudirman Said  itu Akuntan dan Ketua SKK Migas juga Akuntan, tentu tidak mengerti masalah ladang Masela ini. ''Keduanya tak mengerti masalah Blok Masela. Tragis, layak dicopot, ''kata para politisi PDIP kepada KONFRONTASI.
Menko Kemaritiman dan Sumber Daya  Rizal Ramli menuturkan, investasi pembangun floating diperkirakan akan menelan biayanya 19,3 miliar dollar AS. Sementara biaya pembangunan pipa gas kata Rizal lebih murah yaitu hanya menelan dana 14,6 sampai 15 miliar dollar AS saja.

Perang argumen antara SKK Migas dan Kementerian Koordinator Kemaritiman itu mengerucut kepada pertanyaan, mana yang lebih tepat untuk pengembangan daerah di sekitar Blok Masela? Apakah membangun kilang terapung, ataukah membangun pipa?

SKK Migas mengakui pembangunan pipa disertai kilang di darat telah berhasil mengembangkan kota-kota disekitar blok migas yang dikembangkan. Arun di Aceh, Bontang di Kalimantan Timur bisa jadi contohnya.

Namun, menurut lembaga itu, khusus di sekitar Maluku, terutama Pulau Aru, pembangunan floating akan jauh lebih bermanfaat ketimbang membangun pipa gas sepanjang 600 kilometer seperti yang diusulkan Rizal Ramli. Pasalnya dengan pembangunan floating, SKK Migas yakin industri perkapalan di Indonesia timur akan berkembang pesat.

Pembangunan floating memang mengandalkan kapal untuk pendistribusian gas. Sementara bila membangun kilang di darat, maka pipa-pipa gas, seperti yang diusulkan Rizal menjadi andalannya.

"Membangun industri galangan kapal di Indonesia Timur, termasuk industri fabrikasi modul-modul dan kapal LNG. Hal ini sejalan dengan program pemerintah bidang kemaritiman, yaitu membangun infrastuktur dan industri kemaritiman," jelas SKK migas dalam keterangan resminya yang diterima Kompas.com, Jakarta, Selasa (22/9/2015).

Sementara kata Rizal, pembangunan pipa gas juga akan sangat bermanfaat untuk wilayah Aru, Maluku. Aru diprediksi akan menjadi kota besar layaknya Balikpapan karena adanya pipa dan pengolahan gas dari Blok Masela.

"Bahasa sederhananya, dalam 10 tahun kita akan bikin kota, yang mungkin lebih besar dari Balikpapan. Balikpapan kan dulu gara-gara ada Mahakam, ada Total dan ditemukan gas akhirnyakotanya berkembang," kata dia.

Tak cuma itu, Rizal meyakini pembangunan pipa gas 600 kilometer yang diikuti pengolahan gas di Aru akan banyak menyedot tenaga kerja. Pasalnya, lapangan pekerjaan akan terbuka karena pengolahan gas itu.

Dari sisi local content-nya, pembangunan pipa gas dari Blok Masela ke Aru diyakini akan menghidupkan industri penyuplai pipa tersebut. Saat ini hak partisipasi Blok Masela dimiliki InpexMasela Ltd sebagai operator sebesar 65 persen dan sisanya dimiliki Shell Corporation sebesar 35 persen.

Pembangunan floating sendiri rencana akan digarap oleh Inpex dan Shell. Blok Masela juga disebut sebagai lapangan gas abadi lantaran cadangan gasnya mencapai 10,7 TCF. Bahkan, diperkirakan angka itu belum pasti karena potensi gasnya begitu besar.

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) akan mengkaji ulang rencana pengembangan Lapangan Gas Abadi, Blok Masela, di Laut Arafuru, Maluku itu. Namun, diperkirakan kajian ulang itu akan membutuhkan cukup waktu. Saat ini, pemerintah pun belum memutuskan akan mengembangkan "Lapangan Gas Abadi" seperti apa.  (k)

Category: 

Viewing all articles
Browse latest Browse all 30344

Trending Articles